PENDIDIKAN DIMASA PANDEMI COVID-19 DALAM KONTEKS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA Refleksi Hari Pendidikan.

PENDIDIKAN DIMASA PANDEMI COVID-19 DALAM KONTEKS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Oleh
Sutarjo Paputungan, M.Pd
Guru Fiqih MTs Negeri 1 Kota Gorontalo
Wabah virus corona memaksa sejumlah pemangku kepentingan mengambil kebijakan untuk mengurangi penyebarannya. Salah satu yang diambil adalah meliburkan seluruh sekolah dan “memaksa” berlangsungnya kegiatan belajar online. Pandemi Covid 19 yang sedang melanda dunia membuat semua perlu bersatu melawan corona. Termasuk dunia pendidikan karena wabah yang merajalela. Pembelajaran daring yang ditetapkan pemerintah tentunya timbul beberapa permasalahan, kurang tercapainya pembelajaran yang maksimal, perkembangan moral para generasi penerus pun butuh perhatian lebih, kemajuan pengetahuan dan teknologi yang tanpa ada batasan.
Diera Pandemi Covid-19 ini pembelajaran daring bukan hanya guru semata, melainkan tanggung jawab kita bersama. “Baiiti Jannah” Rumahku adalah surgaku merupakan tempat yang paling baik menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. 76 Tahun Indonesia merdeka, kini terus tumbuh menggaungkan pembelajaran berbasis literasi digital. Pendidikan berkembang dengan karya monumental menggedor dunia menjadi Negeri produktif, inovatif, siap berkompetitif menjadi Indonesia yang tangguh tumbuh sepanjang masa. Melalui program merdeka belajar, kini digaungkan adanya sekolah pengerak, yang menjadikan guru terus belajar dan menjadi bagian guru pengerak menjadi teladan dan agen tranformasi ekosistem pendidikan.
Era globalisasi membawa perkembangan pesat, dalam pemanfaatan media diperlukan kreativitas dan instruksional yang matang dari guru. Untuk menentukan materi pembelajaran dalam filosofi Kihajar Hajar Dewantara (KHD) bahwa Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam (bakat, minat, kegemaran) juga harus sesuai dengan kodrat Zaman, yang sesuai dengan (bakat, minat, kegemaran, karakter, dan kemampuan peserta didik). Hal ini senada dengan pernyataan. “Didiklah anak anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka tidak hidup dizamanmu” (Ali bin Abi Tholib). Kutipan ini menginspirasi kita sebagai guru, agar bisa menjadi guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman saat ini, Yang akrab dengan tekhnologi komunikatif dan berpikir kritis.
Di era digital, eksistensi manusia mengalami perubahan mendasar, dari bentuk tubuh yang bergerak dalam ruang menjadi bentuk tubuh yang diam di tempat dan hanya mampu menyerap setiap informasi melalui perangkat elektronik. Dampak jangka pendeknya adalah perubahan etika kehidupan bermasyarakat yang cenderung individual bahkan tumbuh paham tribalisme. Sedangkan dalam jangka panjangnya dapat berujung pada kegagalan generasi muda menjalankan amanat sebagai generasi penerus bangsa.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi juga membawa pengaruh negatif terhadap sikap hidup dan perilaku (moral dan akhlak) yang turut mempengaruhi manusia itu sendiri, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Pendidikan Islam wasathiyah selain mengajarkan cara pandang, juga mengajarkan akhlakul karimah dan etika sosial yang dinilai urgen dalam pengaplikasiannya. Untuk itu perintah amar ma’ruf nahi munkar juga menjadi kontrol sosial, karena perilaku manusia sejatinya adalah manifestasi akhlak dalam diri mereka. Sehingga nilai wasathiyah dapat menjadi akhlak yang tertanam dalam jiwa. Guru semakin banyak melahirkan inovasi dan menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran yang berbasis digitalisasi. Tidak dapat dipungkiri pandemi Covid-19 menjadi salah satu pendorong bagi peserta didik dan guru untuk berusaha menguasai pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses pembelajaran, yang sejatinya merupakan tuntutan pembelajaran di era revolusi 4.0.
Mari bersiap memasuki Era Edukasi 4.0 saatnya mempersiapkan diri untuk mengenal digitalisasi belajar mengajar abad 21 dalam dunia pendidikan, Penggunaan teknologi dalam masa pandemi ini sudah seperti kebutuhan pokok manusia. Kebebasan yang terbatas membuat kita semua membutuhkan teknologi sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi juga membuat manusia berinovasi untuk memenuhi kebutuhanya. Seperti halnya dengan seorang guru, saat ini harus berteman dengan teknologi agar dapat menyampaikan materi kepada peserta didiknya. Guru merupakan agen utama dalam perubahan. Sudah menjadi kewajiban utama bagi seorang guru untuk selalu melakukan upaya-upaya pembaharuan dalam pembelajaran untuk 76 tahun Indonesia Merdeka, sehingga Pendidikan Tumbuh Indonesia Tangguh, akan terwujud.
Inovasi pembelajaran dan kreatif tidak terletak pada alat yang serba mahal, kemampuan untuk memanfaatkan dan mengolah apa yang ada di lingkungan bagian dari ekosistem sekitarnya yang membuat guru menjadi inovatif, untuk konteks guru, kreatif dan inovatif mesti dimaknai sebagai mampu membangun antusiasme dan melibatkan peserta didik sepanjang proses pembelajaran.
TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) merupakan sebuah framework atau kerangka berpikir seseorang untuk menguasai tiga komponen kunci dari pengetahuan pendidik yaitu teknologi, pedagogi, dan pengetahuan konten/materi, Maka dari itu, TPACK menggabungkan dan mengembangkan tiga komponen, Proses pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dilakukan pendidik sebagai fasilitator kepada siswa untuk menyampaikan pesan berupa pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap serta nilai-nilai positif (afektif). Kepraktisan media pembelajaran berbasis TPACK Framework dapat dimanfaatkan untuk mengantarkan materi-materi pelajaran di sekolah. Guru mampu menghadirkan cara-cara yang unik dan menarik dalam pembelajaran. Dengan adanya TPACK, menggunakan aplikasi seperti Zoom, Webex, Microsoft Teams, Google Meet, Google Classroom, E-Learning, Ruang Guru, Quizizis atau CBT serta Youtube, cara membuat konten-konten pembelajaran yang menyenangkan, ada juga cara menyampaikan materi pembelajaran yang terdiri dari materi baik berupa gambar, video, dan teks disertai soal penilaian kompetensi. akan semakin menyenangkan dan kian berpotensi melahirkan generasi yang produktif dan kreatif pula.
Guru Kreatif, Inovatif dan Produktif, mampu menghadapi dan mengatasi segala persoalan pembelajaran, bahkan, tidak kesulitan menangani setiap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Setiap keadaan menjadi peluang di tangan guru Inovatif dan kreatif. Guru kreatif tidak sekedar berada pada rutinitas harian berangkat pagi ke sekolah dan pulang sore hari, tapi juga mampu menghasilkan karya Inovatif. Di tengah-tengah rutinitas tersebut. seorang guru Kreatif, Inovatif dan Produktif mampu menjalankan tugasnya dengan mengoptimalkan keadaan atau lingkungan pembelajaran, proses, pembelajaran dan potensi peserta didik. Guru yang seperti ini juga tidak hanya menghabiskan waktu untuk menyampaikan materi di depan labtop secara online kepada peserta didik. Sebaliknya, guru akan melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan peserta didik. Waktu yang panjang dimanfaatkan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, berkomentar, mengadakan diskusi dengan kelompok, atau kegiatan lain yang menyenangkan. Gunakan pendekatan personal dan emosional kepada peserta didik yang pasif agar muncul keberanian diri untuk bertanya dan mengajukan pendapat. Intisari pembelajaran berkualitas sebagaimana menjadi core values tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara, adalah adanya peningkatan budi perkerti dan pikiran melalui proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan terukur.
Intinya, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak dalam hal ini guru, peserta didik, orang tua, pemerintah dll agar proses pembelajaran di masa pandemi ini dapat tetap berjalan dengan baik, sehingga pendidikan di Indonesia dapat mengalami peningkatan selama masa pandemi ini, atau setidaknya tidak mengalami penurunan dikarenakan adanya pandemi ini. Semoga pandemi ini segera berakhir dan guru selalu dapat meningkatkan kreativitasnya untuk berinovasi dalam mengelola pembelajaran, sehingga peserta didik senang dalam proses pembelajaran, dan apa yang menjadi target dapat dilampaui. Tercipta generasi yang handal dan berkarakter mulia, menjadikan bangsa Indonesia merdeka dalam pembelajaran.
Penulis adalalah Guru Fiqih MTs Negeri 1 Kota Gorontalo dan Pengiat Literasi